Powered By Blogger

Senin, 21 November 2016

Iman

Maka.. Iman pun seperti hakikatnya cinta suci
Yang menghujam dalam
Ketakwaan tersemai indah
Karena hati nan pasrah kepada-Nya
Para sufi beribadah semata mencintai Allah
Maka dari mereka, mendamba ridha dan kasih
Sudah lebih dari cukup

Shalat itu percintaan penuh kebahagiaan
Antara hamba dengan sang penciptanya
Betapa syahdu dan indah
Maka hati kian jernih selalu
Jangan sampai ada titik noda dalam diri

Hati ini adalah kaca..
Yang kebeningannya dan keburamannya tergantung kita
Maka debu-debu tepiskan
Gosoklah selalu dengan hatimu
Dengan doa dan dzikir kalimat suci mulia
Dengan kelembutan hati dan kesadaran cahaya-cahaya

Karena iman, insan pun kembali dari petualangannya
Bertaubat dari segala dosa
Meniti jalan lurus penuh keinsyafan
Maka..
Ditinggalkannya jalan zig-zag yang berbelok belok
Ke dalam lorong-lorong gelap

Karena hakikat iman adalah cahaya-cahaya
Yang terus menerangi hati dan jiwa
Hingga hati ini terang benderang
Seperti bintang yang berkilauan
Menjadi pandu menuju hidup hakiki

Kebeningan kasih Ibu

Dari hati nan keruh menuju kebeningan
Cinta kasih mu Ibu jadi penuntun kesesatan
Yang selalu menunjukan jalan ridha-Nya
Tepiskan angin dengan do’a-do’a mu
Maka..
Aku mestinya tidak pantas untuk membantahmu
Hati suci itu, ialah ketulusan menyemai jalan cahaya
Atas segala nikmat dan karunia-Nya
Yang menguntumkan bunga-bunga bahagia
Karena Ibu selalu membina suatu hidup
Yang lebih mendekatkan jiwa kepada-Nya
Kasih tulus mu Ibu..
Membeningkan hati yang keruh
Dengan bimbingan dan kasih sayangmu
Maka.. Izinkan aku anakmu bersandar
Saat kemalangan hidup menghampiriku
Bentangan kasih sayangmu alangkah luas
Aku mampu merasakannya
Getar nurani paling fitri
Bentangan kasih sayang cinta putih suci
Yang menunjkan jalan menuju-Nya
Penuh tulus sepenuh kudus
Karena makna hidup hanya ada dalam ridhamu
Dalam kepenuhan mendidik dan membesarkanku
Seperti jalinan cinta menuju jalan-Nya

Tarawih

Riang gembira penuh suka cita,
Dari balita sampai yang tua,
Bersiap diri menuju rumah-Nya,
Untuk menunaikan tarawih bersama.
Rasa lapar dan dahaga telah terbayar
Mari berbondong untuk mengejar
Untuk bekal esok di alam mahsyar
Jangan hanya di awal ramadhan kita giat
Jangan hanya di akhir pula kita bersemangat
Karena beribadah tidak mengenal waktu dan tempat

Ramadhan Ku

Teringat saat masih kecil,
Ayah dan Ibu mengajarkan ku tuk bangun tengah malam,
Dengan malas dan rasa kantuk yang menggelayutiku
Ayah menuntunku untuk bersantap sahur bersama keluarga.
Sementara itu,
Ibu menyajikan hidangan hallalan toyyiban
Diatas piring-piring suci penuh harapan
Harapan akan ibadah puasa yang diterima oleh-Nya.
Selang beberapa menit sesudahnya,
Ayah memimpin kita untuk berdo’a bersama,
Dengan penuh rasa syukur kami memohon
Atas segala nikmat dan ridho-Nya.
Ramadhan ku..
Kini aku telah dewasa,
Sungguh waktu bejalan begitu cepatnya,
Potongan-potongan kisah akan perjalanan mu
Tak pernah aku lupakan sampai saat ini.
Ramadhan ku..
Aku menyambutmu seperti aku menyambut pintu surga-Nya
Perkenankanlah aku tuk merangkulmu disetiap hembus nafasku,
Untuk senantiasa menjadi hamba yang tak pernah lupa akan kewajiban-Nya,
Untuk menjadi manusia yang pantas menempati surga-Nya.

Dzikir

Bernyanyi ia, bernyanyi ia
Dalam dzikir, dalam syair
Dengan doa penuh cinta
Dengan sembahyang penuh kasih sayang

Allah, Allah, Allah..
Kepada-Mu segala pasrah
Waktu demi waktu.
Penuhlah oleh dzikir dan shalat
Seluruh waktu, waktu dari-Mu
Untuk-Mu
Kucintai dunia sekedarnya
Karena hatiku terpaut di akhirat
Kuambil yang pantas, kujadikan bekal
Agar aku kuat diperjalanan
Orang lain pesta pora kekenyangan
Ia tak makan kalau tak lapar
Orang lain membuat surga di dunia
Surganya mencintai Tuhannya semata

Menangis ia, menangis ia
Sampai bengkak matanya
Tak tidur ia sepanjang malam
Agar asma Allah tak terpisah dari bibirnya

Di tengah malam hitam pekat
Ia menemukan cahaya
Di tengah sunyi tanpa siapa-siapa
Hatinya menghadap hanya kepada Allah

Bising dunia tak didengarnya
Cinta duniawi tak menggoyahkannya
Ibadah sepanjang masa, penuh totalitas
Sampai maut menjemput

Minggu, 20 November 2016

Ketika Berbagai Peran Dilakukan

Peran . . .

Datang silih berganti.

Tanpa sengja ku jajaki.

Tak hannya satu, dua, tapi banyak peran.

Semakin kesini semakin berat.

Keterbatasan waktu pemicunya.

Hasilnya tergesa-gesa serta tak fokus.

Waktu pun terbuang percuma.

Mulutku diselimuti retorika, omong kosong belaka.

Mulutku berkata tidak, tapi badanku menyetujuinya.

Pikiranku berkata tidak, tapi kepalaku mengangguk.

Semua bertolak belakang, tak memiliki titik temu.

Hari-hariku diselimuti keglisahan.

 

Tuhan . . .

Ku mohon petunjukmu.

Tapi !, Apaah tuhan akan mengabulkan do'a ku.

Diriku tak fokus pada satu tujuan.

Apa yang kupinta tak sama dengan apa yang kufikir.

Badanku menghadapmu, tapi hatiku berpaling.

Tersesat dan tak tau tujuan.

Penuh dengan ilusi.

Tak menghasilkan manfaat.

Kerusakan yang datang.